Umpan dan Alat Pancing yang Dibuat untuk Memancing Kepiting saat Survival |
Beberapa saat lalu kami menghabiskan
waktu liburan dengan bersurvival di salah satu hutan yang terletak di sebalah
barat Gunung Sinabung, banyak hal yang dipelajari di hutan desa Tanjung Pulo
tersebut, walau sebagian hutan kondisinya sudah
di alihfungsikan menjadi lahan pertanian dan persawahaan, tapi kekayaan tumbuhan
dan hewan yang hidup dilamnya sangat beragam, semoga saja hutan yang tersisa
dapat di pertahankan dan di jaga oleh warga.
Siang itu udara terasa panas, mentari
tampak cerah dan menyinari
setiap sudut hutan, di bawah mentari yang terik,
kami berusaha bersembunyi di bawah lebatnya pepohonan yang menjulang di pinggir jalan setapak,
ya, memang di sekitar
sana lah kami membuat bivak sederhana untuk bersitirahat beberapa hari kedepan,
menikmati indahnya pemandangan hijau yang tersisa sebari belajar kembali di
alam.
Pelepah Aren yang Masih Muda sebagai Alat Menangkap Kepiting |
Udara panas seketika menghilang, ketika
badan cungkring kami masuk menyusuk kedalam
bivak sederhana yang kami buat, dari susunan pelepah dan daun pohon aren sebagai
atap yang di
susun sedemikian rupa,
untuk alas tempat tidur kami susun beberapa
pelepah
dan daun pisang hutan tak beraturan menutupi tanah humus yang tebal, lumayan
lah terasa sedikit empuk karna dedaunan kering sebelumnya kami susun di
bawah daun pisang.
Terasa nyaman dan adem saat berada di tempat
tinggal sementara ini, udara panas terusir saat berlindung di dalamya, coba berbaring
terlentang di atas lantai
empuk bivak, berlahan mata
tertarik, mulut mengup tanda
mengantuk, dan tak lama tertidur di sana, kesejukan
pepohonaan yang hijau dan hembusan udara dingin siang itu membuatku terjaga
tidur siang itu di dalam bivak.
Lidi Pelepah Aren yang Masih Muda Dibersihkan Sebagai Tempat Umpan Cacing |
Perkiraanku ada tiga jam aku berbaring
di sana, setelah terbangaun
perut mulai terasa lapar, logistik yang di bawa sudah mulai habis, maka
selanjutnya harus memutar otak untuk mencari bahan makanan yang bisa di lahap siang
itu, untuk menenangkan
perut yang mulai rusuh.Tah
kenapa pikiranku terfokus ke
suara gemercik air yang terdengar jelas dari bivak yang kami buat.
Berlahan kulangkahkaan kaki
menuju sumber suara air, berharap ada sesatau yang bisa di dapat untuk di olah menjadi bahan makanan di sana nantinya, ternyata terdapat sungai yang
jernih di sana mengalir membelah hutan, mulai terpikir apa yang bisa di olehn menjadi pengganjal
perut yang lapar siang itu. Kalau air yang jernih biasaya kepiting akan hidup
di sana, kepiting panggang mungkin akan cocok untuk menu makan kali ini pikirku.
Lidi Aren di Tusuki Cacing Sebagai Umpan |
Mulai ku cari satu-persatu peralatan yang
di butuhkan untuk memancing kepiting air tawar tersebut, peralatan yang di butuhkan pelepah
pohon aren atau enau
yang masih kecil atau muda
yang memiliki lidi kuat,
akar atau kulit pohon untuk pengikat, dan cacing tanah sebagai umpan kepiting,
semua peralatan
ini mudah didapat di hutan mungil
tersebut.
Setelah mendapatkan pelepah aren yang
pas, selanjutnya pelepah di
bersihkan dari dedaunannya,
tapi untuk daun di ujung pelepah lidinya harus di tinggalkan karna lidi ini lah
yang akan di gunakan sebagai tempat umpan, untuk alat pancing sudah siap,
selanjutnya adalah mencari umpan cacing tanah.
Saat mencari umpan cacing tanah, lokasi
yang paling pas adalah tanah yang berada dipinggiran sungai, karna cacing
sangat suka hidup di tanah yang lembab
dan sedikit berair, untuk mengetahui apakah ada cacing di tanah
pinggir sungai sangat lah mudah, perhatikan
permukaan tanah yang banyak kotoran cacingnya, biasaanya tampak gundukan2 tanah
kecil yang berserakan di atas permukaan tanah, jika terlihat maka lokasi itu
lah yang paling pas untuk mencari umpan. Setelah cacing di dapat cukup banyak
maka selanjutnya adalah membuat alat pancing.
Tak Perlu Menunggu lama Langsung Strike Kepiting, sensai yang luar biasa seru |
Pas di pinggir sungai, mulai kubuat alat
pancing kepiting yang akan digunaakan, pelepah aren yang sudah di bersihkan daunya,
menyisakan lidi di ujungnya,
mulai di
tusuki dengan cacing, satu lidi yang kisaran
panjangnya seputuh centi meter di butuhkan lima sampai tujuh cacing, usahakan setiap lidi
tidak ada lagi yang tampak, melaikan cacing sebagai
umpan lah yang tampak.
Setelah semua lidi di tusuki cacing,
maka selanjutnya ujung dili di tekuk atau dintarik ke arah ujung pelepah,
sehingga membentuk
huruf O yang bulatnya tidak
sama, selanjutnya ujung lidi di ikat dengan menggunakan akar atau kulit
pohon yang di dapat tadi, jika sudah siap di ikat, maka selanjutnya alat
pancing sudah bisa di gunakan untuk menangkap kepiting.
Kepiting yang Dibutuhkan untuk Menu makan Siang Tak lama Sudah Didapat |
Tak perlu menunggu lama, dengan umpan
cacing ternyata menarik perhatian kepiting-kepiting keluar dari lubangnya, usahakan
capit kepiting lengkat menggigit umpan cacing, setalah itu alat pancing di
tarik keluar, rasa sensasi
strike
langsung terasa, kepiting
langsung bergelantungan menggigit umpan dengan kuat.
Tak perlu menunggu lama, hasil pancingan
sudah banyak terkumpul, ternyata sungai kecil yang jernik ini, memberi bahan
makanan yang dibutuhkan siang itu,
setelah mendapat kepiting
secukupnya maka salanjutnya
mengolahnya menjadi kepiting bakar yang siap memanjakan lidah dan mengenyangkan perut yang lapar, di
samping bivak gebul asam mulai memenuhi, ranting-ranting habis terbakar
menyisakan bara api yang tampak kemerahan, kepiting hasil pancingan mulai di panggang
di atasnya.
Menikmati menu
makan yang istimewa, kepiting bakar yang di sajikan di atas daun pisang, sebari
memandangi
indahnya dedaunan dan pohon-pohon yaang kekar menancap kedalam tanah, dan pohon
yang menjulang
tinggi keatas langit. Perut kenyang dan mata pun puas dengan pemandangan hijau
hutan.
0 comments:
Post a Comment