wisata

DANAU LAU KAWAR KALA ITU


Kapal yang dulu Digunakan untuk Membawa Wisata Mengelilingi Danau Tampak Terombang-ambing di Pinggir Danau

Masih teringat jelas beberapa tahun lalu, saat cemping sambil mancing di pinggiran Danau Lau Kawar, atau singgah sejenak untuk mempersiapkan fisik saat mendaki Gunung Sinabung, lokasi ini dulu menjadi tempat kesukaan kala menghabiskan hari libur bercengkerama sebari menenikmati alam serta melampiaskan hoby memancing di pinggiran danau, lokasi tujuan wisata yang komplit kala itu.

Kini Danau Lau kawar sedang menata diri, saat sinabung aktif erupsi, danau lau kawar yang dulunya di sesaki tenda-tenda para penikmat Alam dan penggila gunung menjadi sepi dan sunyi, aktivitas pengunjung di akhir pekan dan hari libur yang sibuk kala itu kini lenggang, layaknya lapangan bolo kaki yang di tinggal pemain dan penontonya.
Pos Retribusi Saat Masuk Ke Lokasi Danau Lau Kawar Tampak Kusam dan Rusak
 Kala berkunjung kesana beberapa saat lalu, kenangan kebersamaan menikmati secangkir kopi, diskusi topik-toping ringan, yang kadang cerita kita berakhir dengan tawa ditemani hangatnya api  unggun di tengah malam mulai teringat satu-persatu kembali.

Kenangan itu, kala perjalan dari simpang empat surbakti menuju danau lau kawar harus di tempuh dengan berjalan kaki dan terkadang menumpang mobil warga sebari berganti mobil tumpangan agar sampai  kedanau, sesampainya di posko retribusi tengah malam atau terkadang dini hari, dan disambut raut wajah petugas retribusi yang sedikit marah sebari mengoceh karna terganggu tidurnya dengan kedatangan dan pecah tawa kita kala itu.

Belum lagi preman-preman kampung yang datang menghampiri tenda kita memasang muka sangar dan nada suara keras meminta uang takut atau rokok keretek yang kita bawa, tapi masih ingat di kepala, kita menanggapinya dengan canda dan terkadang tawa, talenta negosiasi dan pendekan diri ke preman yang sebelumnya ingin memalak akhirnya ikut bersama kita bercerita memecah kedinginan malam dan dihangatkan api unggun, serta besoknya kita di ajak memanen jeruk di kebunya, Carrier yang biasanya tempat tenda di isi dengan buah-buah dan sayur segar saat kembali ke medan.
Area Cemping Ground yang dulu di Penuhi Tenda-tenda Pengunjung Kini Ditumbuhi Ilalang dan Semak Belukar
Masih teringat juga kala logistik yang kita bawa habis, kita mengatur strategi pendekatan dengan para pengunjunglainya yang mendirikan tenda tak jauh dari kita, berharap dapat tawaran secangkir kopi atau mie instan yang mereka bawa, kalau sambutan mereka hangat dan bersahabat kita membuat kode tepuk tangan untuk memanggil temanlainya  untuk berkumpul, duduk satu harian bersama mereka membantu menghabiskan makanan dan rokok kereteknya.

Sulit memang terlupa, karna hasrat hoby yang besar tidak di dukung dengan kondisi isi dompet, tapi kita masih bisa mensiasatinya untuk bisa melampiaskan hoby bercengkerama dengan ibu pertiwi di pinggiran danau Lau Kawar kala itu.

Bertahun sudah berlalu, saat pengunjung dilarang kesana, kita tak pernah mengunjungi danau Lau kawar lagi, beberapa hari lalu ku coba curi waktu ke sana, yang terlihat semua sudah berbeda, tumbuhan ilalang tampak merajalela, ditambah perdu yang merajalela, lokasi faporit kita mendirikan tenda kini dibenam tanaman liar yang bebas merdeka.
Pondok-pondok Dipinggir Danau Tampak Terseok dan Reot
 Pondok-pondok yang biasnya kita gunakan berteduh saat hujan dan angin kencang menyerang di tengah malam, kini terseok, rewot dan rapuh serta remuk di hantam debu vulkanik sinabung dan waktu yang tak lagi bersahabat.Pinggiran danau yang biasanya kita gunakan tempat berjemur dengan cuma mengenakan kolor atau celana pendek kusam, seperti orang-orang bule kata kita, kini di tutupi benalu yang menjalar mengganas kesegala arah.

Batu-batu besar di pinggir danau yang biasa kita gunakan untuk tempat duduk atau jongkok selengekan sebari mengamati keindahan danau saat di tutupi embun pagi kala matahari mulai menampakkan diri, kini si tutupi lumut yang tumbuh leluasa di sekujur batu.

Warung-warung atau kede kopi warga yang ada di sekitaran area camping groun yang dulu tempat kita menikmati secangkir kopi berbagi empat sambil duduk manis rapi menikmati tayangan TV sebari menunggu tawaran makan dari pengunjung atau empunya warung sambil sedikit sok kenal dan sok dekat kini sudah  kusam dan sebagian rewot di tinggal empunyanya mengungsi.
Semua Area Cemping Ground Ditutupi semak Belukar yang Tinggi
 Semua sudah berubah, tampak kontras perbedanya dari yang sebelumya, orang kampung bilang danau lau kawar sedang menata diri, menghijaukan kembali oleh alam sehingga saat tiba waktunya nanti siap menerima kedatangan para pecinta keindahan Alam lagi.

Keindahanya tak akan pudar, udara sejuk dan dinginya tak akan hilang dan nyanyian ombak air danau saat di hamtam aingin terhampas dan  berlari ke pinggir danau akan bisa di dengar lagi, rindu akan kenangan masa lalu di sana akan terulang kembali, bersabar dan berdoa berharap semua akan kembali seperti semula.
Salam rindu Sinabung, salam rindu Danau Lau Kawar dan Salam Lestari.

About pandan adventure

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.