Wanita Berdoa di samping Mariam Puntung |
Wanita
yang duduk terpekur itu berusia sekitar empat puluh delapan tahun, matanya
tampak sigap menerawang keluar dari bangunan beratap ijuk tempatnya sedari pagi
berada, apakah ada orang yang datang ke tempatnya atau tidak, sesekali dia
melirik jam tangan yang dia kenakan di pergelangan tangan keriputnya, seakan
ada yang di tunggunya saja, sedari pagi dia sudah di sana sambil komat kamit ke para
pelancong yang datang.
Ia,
wanita berambut sebahu itu dipercayahan mejadi pemandu salah satu objek
kunjungan wisata di sudut Istana Maimun Medan. Arsitek bangunanya objek wisata
ini agak mencolok, karna sangat berbeda dengan bangunan megah istana, Atap bangunan
itu ditimpali Ijuk Pohon Aren, dan di dalam bangunan perpaduan beton dan kayu
itu terdapat lagi bangunan yang kedua, di sisi dari atap terdapat Patung yang
mirip tanduk kerbau.
Arsitektur Bangunan yang Berbeda dengan Istana |
Ukuran
bangunan itu sekitar delapan kali delapan meter dan bentuknya mirip dengan
Rumah adat Suku Karo yang berada di dataran tinggi Karo, di sana lah wanita itu
saban hari menyambut dan menjelaskan ceita legenda tentang potongan Mariam yang
berada di dalam bangunan.
“
Masuk-masuk dek, buk masuk-masuk buk, biar saya jelasakan sejarah mariam ini”
sambut rayu wanita yang memiliki rambut sebahu itu kepada pangunjung yang
sepertinya malu tapi penasaran melihat benda yang di tutupi kain berwarna hijau
cerah yang berada di dalam ruangan. Tampaknya wanita itu berhasil meyakinkan
tamu yang hanya mengamati dari luar pintu untuk masuk kedalam bangunan itu,
seketika di dalam bangunan terasa sesak di penuhi para pelancong yang
penasaran.
Mulutnya
tak berhenti komat-kamit kearah pengunjung, sorot matanya tajam takkala
meyakinkan pelancong akan legenda yang dia ceritakan sambil sesali menunjuk ke
arah benda yang berada di dalam ruangan, decap kagum dan penasaran pengunjung
mendengar penjelasannya, pengunjung pun tampak beberapa kali melempar
pertanyaan penasaran, dia tampak sabar berdialog dan menjelaskan kepada
pengunjung yang sedari tadi berdiri di dalam ruangan itu.
Pemandu yang siap mejelaskan kepada para Pelancong mengnai legenda Mariam Puntung |
Lokasi
tempat wanita bekerja itu merupakan bagian dari objek wisata yang bisa di
nikmati saaat berada di Istana Maimun yang berada di Jalan Brigadir Jenderal
Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimoon, Sumatera Utara. namanya
Mariam Puntung yang merupakan salah satu peninggalan dari kisah legenda Putri
Hijau yang terkenal akan kecantikanya.
Alkisah
pada zaman dahulu tepatnya pada tahun 1612, berdirilah sebuah kerajaan yang
bernama Kerajaan Aru/Haru (yang berada
di Deli Tua), yang dimana di kerajaan itu dikenal dengan salah satu putri yang
sangat cantik yaitu Putri Hijau.
Kecantikanya tersohor dari Aceh hingga ujung
utara Pulau Jawa. Rupa-rupanya, Sultan Aceh terpukau dan jatuh cinta pada Putri
Hijau hingga melamarnya untuk dijadikan permaisuri. Sayang beribu sayang,
lamaran Sultan Aceh ditolak oleh sang putri.
Sultan
Aceh sangat marah karena penolakan tersebut, penolakan tersebut di anggap
sebagai penghinaan terhadap dirinya dan kerajaan yang di pimpinya. Kesultanan Aceh
kemudian menyiapkan pasukan untuk menyerang kerajaan Aru, yang waktu itu
dipimpin oleh saudara tua Putri Hijau, Kemudian, dengan tiba-tiba salah satu
saudara dari putri Hijau berubah menjadi seekor ular naga. Sementara saudara
yang lain menjadi sepucuk meriam yang tidak henti-hentinya menembaki pasukan
Sultan Aceh.
Kakak
putri yang berubah menjadi Mariam terus menerus menyerang pasukan Sultan Aceh
hingga akhir nyawanya dan karna merasa panas terus menyerang pasukan musuh
akhirnya dia pun tiba-tiba meledak. Bagian belakangnya terlontar ke Labuhan
Deli yang kini berada di salah satu sudut di Istana Maimun dan bagian depannya
terlontar jauh sampai ke dataran tinggi Kabupaten Karo tepatnya berada di desa
Sukanalu Kecamatan Barus Jahe, kira-kira lima kilometer dari Kota Kabanjahe.
Kekalahan
kerajaan Aru membuat Putri Hijau
dijadikan tawanan oleh Sultan Aceh dan dibawa ke Aceh melalui Selat
Malaka. Ketika kapal Sultan Aceh tiba di Ujung Jambo Aye, Putri Hijau memohon
untuk diadakan satu upacara untuknya. Putri Hijau meminta sejumlah beras dan
telur, ditaburkan kedalam air laut.
Permohonan
Putri Hijau dikabulkan oleh sang Sultan. Akan tetapi, pada saat upacara baru
dimulai, tiba-tiba gelombang air laut dan angina bertiup maha dahsyat. Dari
dalam gelombang air laut yang maha besar muncul kakak Putri Hijau yang menjelma
menjadi ular naga. Dengan menggunakan rahangnya yang besar, ia mengambil Putri
Hijau dan dibawanya masuk ke dalam laut.
Cerita
legenda Meriang Puntung ini dikisahkan terus menerus dengan berbagai versi yang
beredar di Masyarakat dan juga wanita yang menjadi pemandu di Mariam Putung
yang berada di komplek Istana Maimun, dan mungkin ada penambahan-penambahan
cerita mistis yang mengikuti sehingga menambah rasa penasaraan orang-orang yang
mendengarnya.
Tidak
perlu mahal untuk melihat belahan Mariam ini, hanya merogoh kocek sebesar tiga
ribu rupiah per orang, dan setiap pengunjung akan mendapat penjelasan akan
Mariam tersebut selain itu bebas berfoto di samping mariam.
Lubang kecil yang berada di badan Mariam Puntung yang mengeluarkan suara Misteri |
Saat
berada di sana cobalah menempelkan telinga ke lubang kecil yang berada di badan
meriam. Setiap orang yang menempelkan telinga di Mariam akan mendengar suara
yang berbenda-beda dari dalam Mariam. Ada yang mendengar suara dengungan dan
ada pula yang mendengar suara seperti orang merintih atau menangis.
Selain
dari itu dari sebagain pengunjung yang datang ada juga yang melakukan berdoa
disana, katanya biasanya dengan hati dan niat bersih saat berdoa di samping
Mariam maka Doa akan terkabul. Diatas Mariam diletakkan bermacam-macam bunga
oleh para pengunjung yang doanya sudah terkabul. Pas di depan Mariam terdapat
cawah putih yang berisi air bening, biasanya setelah siap berdoa maka wajah di
basuh dengan air bening tersebut.
Pengunjung yang memanjatkan Doa di depan Mariam |
Pasti
seru berwisata ke lokasi ini, sambil berwisata mendapat wawasan baru tentunya,
untuk anda yang ingin ke sana bisa mengunakan trasportasi Becak Medan dengan
perkiraan tarif lima belas sampai dupuluh ribu rupiah ( tergantung pandainya
anda menawar ) dari pusat kota Medan atau bisa juga mengunakan trasportasi
On-line jika anda tidak mau repot dengan urusan tawar menawar ongkos ke sana.
Selain
aman dan nyaman, anda akan langsung di sambut dengan ramah oleh para petugas,
dan para pemandu akan lansung mengajak anda berkeliling dan menjelaskan
mengenai sejarah dan legenda mengenai lokasi tersebut. Selamat berlibur dan
jangan buang sampah sembarangan ya.
Salam
Lestari.
0 comments:
Post a Comment