wisata

HANYA AKU DAN TUHAN #PART 2


Mentari Pagi Mulai Menyapa
Tak sampai di situ bunga-bunga yang tak sedap menyertai perjalanan ku. Setelah dari Kabanjahe sangat yakin telah membawa semua keperluan aku dengan packing ultra light (istilah kepak peralatan berkemah secara praktis), unfortunately, keyakinan awal ku dipatahkan karena kami melupakan bahan makanan. Dengan perjalanan dari Kabanjahe ke tempat itu memakan waktu hampir 45 menit, aku memutuskan untuk kembali ke kabanjahe untuk mengambil bahan makanan yang tertinggal.

Merasa harus menghabiskan malam dengan ikan bakar dan secangkir kopi, aku menancap gas motor ku dengan sangat cepat, tak sabar ingin menyeruput kopi ditemani sinar rembulan yang indah persis di tengah Danau Toba hasil pantulannya ke air.
Menikmati Pagi di atas Puncak Bukit Sitelu
Setelah merasa cukup yakin untuk kembali lagi ke Gajah Bobok, akhirnya aku mendarat sempurna di Bukit nan-indah itu. Namun yang terjadi aku tak menemukan barang-barang yang sengaja ditinggal tadi. Mungkin karena perut sudah berbunyi, konsentrasi pun pudar. Mencoba mengingat kembali, ternyata  letak barang-barang di bukit sebelahnya.

Di tengah cuaca dingin, tangan mulai keriput, bibir membiru, tenggorokan perih, jalan yang tergopoh-gopoh aku menopang dan mengangkat perlengkapan dengan sisa tenaga. Mendirikan tenda tepat menghadap Danau Toba.

Permukaannya yang tenang disirami sinar rembulan. Bulan terasa kembar, menambah kesyahduan malam itu. Kolaborasi nan harmoni antara bulan dan bintang yang terlihat sempurna. Ditengah dinginnya malam.

Hamparan langit luas, hanya sebatas imajinasi, pikiran melayang, membayangkan seandainya orang-orang terkasih turut menikmati malam itu. Tentu egois rasanya hanya menikmati maha karya Tuhan seorang diri.
Lukisan Alam 
Jam menunjukkan pukul 4.30 subuh. Udara dingin memaksaku bangkit dari sleeping bag yang membalut tubuhku. Bulan masih disana, masih sama ditempat pertama kali aku meninggalkannya untuk tidur. Tapi lidah api matahari sudah mulai tampak, merah, orange, kuning. Begitu lah warna langit saat itu.  Danau Toba turut memperlihatkan pesonanya. Dibantu sinar matahari yang masih malu-malu keluar di ufuk timur. Danau Toba memantulkan sinarnya. Berwarna oranye pekat.

Disana aku benar-benar sendiri. Tanpa siapapun. Tak ada suara apapun. Suasan hening. Hanya aku dan Tuhan.

About pandan adventure

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.