Mentari Pagi Mulai Menyapa |
Tak
sampai di situ bunga-bunga yang tak sedap menyertai perjalanan ku. Setelah dari
Kabanjahe sangat yakin telah membawa semua keperluan aku dengan packing ultra light (istilah kepak peralatan
berkemah secara praktis), unfortunately,
keyakinan awal ku dipatahkan karena kami melupakan bahan makanan. Dengan
perjalanan dari Kabanjahe ke tempat itu memakan waktu hampir 45 menit, aku
memutuskan untuk kembali ke kabanjahe untuk mengambil bahan makanan yang
tertinggal.
Merasa
harus menghabiskan malam dengan ikan bakar dan secangkir kopi, aku menancap gas
motor ku dengan sangat cepat, tak sabar ingin menyeruput kopi ditemani sinar
rembulan yang indah persis di tengah Danau Toba hasil pantulannya ke air.
Menikmati Pagi di atas Puncak Bukit Sitelu |
Setelah
merasa cukup yakin untuk kembali lagi ke Gajah Bobok, akhirnya aku mendarat
sempurna di Bukit nan-indah itu. Namun yang terjadi aku tak menemukan
barang-barang yang sengaja ditinggal tadi. Mungkin karena perut sudah berbunyi,
konsentrasi pun pudar. Mencoba mengingat kembali, ternyata letak barang-barang di bukit sebelahnya.
Di
tengah cuaca dingin, tangan mulai keriput, bibir membiru, tenggorokan perih,
jalan yang tergopoh-gopoh aku menopang dan mengangkat perlengkapan dengan sisa
tenaga. Mendirikan tenda tepat menghadap Danau Toba.
Permukaannya
yang tenang disirami sinar rembulan. Bulan terasa kembar, menambah kesyahduan malam
itu. Kolaborasi nan harmoni antara bulan dan bintang yang terlihat sempurna.
Ditengah dinginnya malam.
Hamparan
langit luas, hanya sebatas imajinasi, pikiran melayang, membayangkan seandainya
orang-orang terkasih turut menikmati malam itu. Tentu egois rasanya hanya
menikmati maha karya Tuhan seorang diri.
Lukisan Alam |
Jam
menunjukkan pukul 4.30 subuh. Udara dingin memaksaku bangkit dari sleeping bag yang membalut tubuhku.
Bulan masih disana, masih sama ditempat pertama kali aku meninggalkannya untuk
tidur. Tapi lidah api matahari sudah mulai tampak, merah, orange, kuning.
Begitu lah warna langit saat itu. Danau
Toba turut memperlihatkan pesonanya. Dibantu sinar matahari yang masih
malu-malu keluar di ufuk timur. Danau Toba memantulkan sinarnya. Berwarna
oranye pekat.
Disana
aku benar-benar sendiri. Tanpa siapapun. Tak ada suara apapun. Suasan hening.
Hanya aku dan Tuhan.
0 comments:
Post a Comment