Retakan Tanah
Akibat Erupsi Mt. Sinabung |
Pagi itu pucaknya tertutup kabut tipis, udara yang
berhembus sejuk membuatnya tampak tenang pagi itu, warga yang berada radius 4
km tampak sibuk beraktifitas pagi itu, tampaknya sinabung memberi kesempatan
untuk sekedar beraktifitas melepas penen warga di kebun-kebun yang sudah di
tinggal. Selalu ada harapan di setiap permasalah behitulah pepatah yang
mengutkan hati para korban erupsi sinabung di Kab. Karo ini.
Jam sudah
menunjukkan pukul 10,00 Wib, sesuai dengan hasil diskusi dengan abangda Katengah
yang merupakan salah satu relawan Baidar Sinabung, maka pagi itu kru Pandan
akan di ajak untuk bersama-sama pada hari itu untuk memantau Gunung Sinabung
dari beberapa desa. Perjalan pagi itu kita mulai dari kota sejuk Kabannjahe,
sekitar 15 menit dari simpang empat surbakti.
Dengan
menggunakan sepeda motor, berlahan kami susuri jalan menuju desa-desa pinggir
sinabung, ketengah mengajak kami dari desa Kandibata, katanya dari sana kita
akan mengamati sinabung dari sudut pandang yang berbeda.
Berlahan kami
pacu sepeda motor yang kami naiki, membelah kesejukan pagi dataran tinggi Kab.
Karo, jalanan menuju desa Kandibata pagi itu cukup sunyi, dari sana tampak
warga-warga sibuk beraktifitas di perkebunan yang berada dikanan dan kiri jalan
menuju desa kandibata itu.
Mt. Sinabung Tampak Tenang Menyapa Pagi |
Pemandangan
perkebunan warga yang di tanami beranekaragam tanaman palawija yang subur seperti
kubis, tomat, cabai, wortel dan lainya menjadi pemandangan yang indah pagi itu.
Tak terasa
sepeda motor yang kami naiki tiba di desa Kandibata, dari desa ini kita kan
melewati jalan yang berlubang dan berbatu, “pelan-pelan aja kita ya, jalan dari
sini lumayan rusak” tutur Katengah
menggambarkan kondisi jalan yang akan di lalui.
Katengah tampak
menguasai seluk-beluk jalan dari desa Kandibata ini menuju gunung sinabung
karna jalan yang kami lalui bersimpang dan masuk ke desa lain yang berada di
sekitaran Sinabung.
Dari jalan desa
Kandibata ini tampak sinabung sangat dekat sekali, semburan asap yang terus
keluar dari perut sinabung, warga yang beraktifitas di kebun kelihatanya sudah terbiasa
dengan pemandangan sinabung yang mengeluarkan asap hitam.
Mt. Sinabung Tampak Erupsi |
Sekitar tiga
puluh menit menyusuri jalan berlubang dan berbatu dan melewati beberapa
pedesaan akhirnya kami sampai di jalan besar beraspal yang berapa di sekitar
sinabung, jalan tersebut merupakan jalan yang menghubungkan antara kecamatan
Tigannderket dan kecamatan Kuta Buluh Simole ke Kota Kabanjahe yang merupakan
pusat pemeritahan Kab. Karo.
Dari jalan yang
beraspal itu kami melanjutkan perjlanan ke Sibintun, dari sana waktu yang di
butuhkan sekitar lima belas menit menggunakan sepeda motor, mengikuti jalan
beraspal dan menuruni jalan yang berbelok dan menurun, dari sana juga ada warung
tempat yang biasanya di gunakan para wartawan fotografi dan relawan Beidar
Sinabung memantau aktifitas Gunung Sinabung.
Jalan yang
sempit, berkelok-kelok dan menurun membuat kami harus pelan-pelan memacu
kendaraan menelusiri jalan itu, setelah sampai di bawah makan harus naik keatas
bukit dengan melewati jalan yang sama juga berbelok dan sesekali jalan yang
beraspa itu menganga lubang besar di
tengah jalan setiap saat bisa memangsa siapa saja yang melintas di sana.
Di persimpangan
jalan tampak tugu bambu runjung yang berdiri menjulang ketas langait, menandakan
bahwa kami sudah sampai di persimpangan Desa Sibintun. Berlahan Katengah
mengarahkan kami agar masuk ke Desa yang ada di persimpangan itu, desa itu
tampak sepi, kata Katengah desa itu sudah sejak lama di kosongkan karna masuk
di zona merah Gunung Sinabung.
Rumah warga yang
kosong dan atap rumah yang terbuat dari plat seng itu pun tampak bocor dan
keropos, sunyi dan sepi terasa di desa itu, tak asa aktifitas warga yang bisa
di lihat, kebun-kebun warga yang tak jauh dari jalan raya yang kami lewati juga
tampak kosong dan di tumbuhi tanaman liar membuat tanaman yang di tinggalkan
warga seperti jeruk, kopi dan lainya tegelam di telan semak belukar.
Melewati desa
sepi itu akhirnya kami sampai di gudang gilingan jagung yang dulu di gunakan
warga, dari sana tampak di sekitaran sinabung gersang karna terkena lahar panas
sinabung, dari sana jug sangat jelas terdengar suara gemuruh seperti air
mendidih dari dalam perut sinabung, sehingha membuat kami yang belum terbiasa
menjadi waswas dan ketakutan.
“Terdengar suara
dentuman keras dari arah sinabung itu kan, “ tutur Katengah sehingga membuat
kami menjadi takut, “tapi tenang aja, aman nya itu” tambahnya sehinga membuat
kewatiran kami menjadi tidak berarti.
Berlahan katengah
menjelaskan kepada kami mengenai tanda-tanda datanganya erupsi, “kalau ada
embun hitam yang berheti lama di puncak sinabung maka itu tanda-tanda awan
sedang di tarik gunung kedalam, sehingga bisa erupsi “tuturnya menjelaskan
kepada kami berdasarkan hasil amatannya selama ini.
Dari sana kami
beranjak ke desa Bekerah, desa Bekerah merupan desa yang terkena lahar dingin
gunung sinabung. Sepanjang perjalan menuju desa bekerah tampak pondok-pondok
sederhana hunian pengungsi, mereka mulai hidup dangan harapan baru di sana.
Setelah berjumpa
dengan relawan Baidar Sinabung lainya maka perjlanan hari itu langsung ke desa
Bekerah, Katengah dan relawan Beidar Sinabung lainya ingin menunjukkan kepada
kami dasyatnya bekas lahar dingin yang membelah desa bekerah. Di sana tampak aliran
lahar yang menganga lebar membalah jalan beraspal.
Aliran Lahar Dingin di Desa Bekerah |
“Kalau gak hujan
gini gak ada apa-apa dari bekas aliran lahar dingin ini, tapi kalau hujan tiba
maka pemandangan yang mengerikan bisa kita lihat di sini” tutur bang Teger Tigannderket
yang merupakan relawan beidar sinabung yang berada di desa Tigannderket. “
kalau hujan yang hanyut di sini batu-batu besar, dentuman benturan suara batu
sangat keras sekali terdengar saat batu-batu tersebut hanyut di bawa air”
jelasnya.
Tidak Cuma itu
aja, perkebunan warga juga porak poranda di terpa arus besar lahar dingin
sinabung ini, tak jauh dari desa bekerah di perladangan padi warga, bahkan ada
sampe kedalam tujuh meter bekas aliranya, sejauh mata memandang di aliran lahar
ini maka yang kita laihat hanya bebatuan yang hanyut dari gunung sinabung.
Bersama Relawan Beidar Sinabung di Desa Bekerah |
Dari keterangan
warga bekerah bahwa dulu pas banjir lahar dingin ada mobil yang hanyut terbawa lahar saat mobil tersebut diparkirkan di
depan rumah empunyanya, untung saja tidak ada memakan korban jiwa tutur warga
desa.
Setelah
mengamati aliran lahar dingin yang ada di desa berkera ini dan silaturahmi
dengan beberapa Relawan Beidar sinabung yang tersebar di beberapa desa lingkar
sinabung, maka kami melanjutkan perjalan ke salah satu bukti dasyatnya erupsi sinabung.
Pemandangan Lain Dari Mt. Sinabung |
Tersembunyi di
kaki sinabung ada danau yang terbentuk akibat lahar dingin sinabung, lebarnya
sekitar dua hektar, tersembunyi di antara perkebuna warga dan hutan sinabung.
Dulunya danau itu adalah perladangan warga yang berbentuk cekungan, menurut Relawan
Beidar sinabung dulunya perladangan warga itu di tanami tanaman palawija dan
kopi, tapi sekarang sudah tertutup sisa-sisa material lahar dingin sinabung.
Danau Yang Terbentu Akibat Lahar Sinabung |
“Dulu di tengah
danau ini ada gubuk warga,tapi sekarang sudah tertutup” tutur Katengah, di
tengah danau itu berdiri pohon pokat yang sudah mengering akibat batang
besarnya terbenam material semburan sinabung, tak jauh dari situ juga berdiri
pohon durian yang ibarat pepatah “hidup segan, mati tak mau, karna di jepit oleh
bebatuan cadas sinabung.
Pepohonan Yang Mengering Karna Lahar Sinabung |
Pepohonan yang
berada di pinggir dan di tengah cekungan yang berbentuk danau itu kering
kerontang, tak ada tanda-tanda pepohonan itu akan kembali berdaun seperti
semula, retakan tanah di lantai cekungan berbentuk danau itu membuktikan betapa
dasyatnya banjir lahar dingin sinabung.
Bersama Beidar
Sinabung Mengamati Pepohonan Yang
Mengering Karna Lahar Sinabung
|
Sejauh mata
memandang dari bawah danau akan tampak retakan tanah yang menganga akibat
beberapa hari sinabung tidak di guyur hujan, saat sinabung di guhur hujan maka pemandangan
yang lain akan tampak di sana, genangan air di cekungan itu bisa sampai
bermeter-meter, dan tak jauh dari danau juga biasanya tampak air terjun dari
tebing cadas yang longsor beberapa saat lalau.
Material Batu
Yang Tehanyut Olah Air Dari Mt. Sinabung
|
Pengalaman baru
dan keganasan alam sinabung membuat kami mendapatkan ilmu baru, pengamatan dan
pengalaman yang di bagikan komunitas Beidar sinabung yang hampir setiap hari
mengamati sinabung menambah pengalaman baru kami tentang alam.
Hari itu juga
kami saksikan luncuran awan panas dari perut sinabung yang meluncur ke langit
biru Tanah Karo, pertunjukan yang sangat menakutkan dan sekaligus menunjukkan
kepada kami bagaimana di alami warga yang tinggal di lingkar sinabung.
Tidak ada yang
dapat memastikan kapan sianabung akan berhenti bermain-main denga lahar, awan
panas, dan semburan material yang berton-ton yang keluar dari perutnya. Warga
karo dan masyarakat lingkar sinabung cuma bisa pasrah dan terus berdoa agar
badai bisa cepat berlalu, dilain sisi mereka, warga sinabung juga harus terus
berjuangang hidup di dalam keterbatasan, semoga badai cepat berlalu.
Kondisi warga Sinabung yang ada di pengungsian saat ini butuh perhatian dan bantuan masyarakat dan pemerintah Indonesia
ReplyDeleteACT