air terjun

BERPACU MENUJU AIR TERJUN JODOH

Kru Pandan Adventure
Melewati perladangan warga, desa-desa sepanjang perjalan membuat perjalan hari itu terasa nikmat, apalagi di tambah udara yang sejuk dan pemandangan hutan yang hijau dan asri. Sesekali sapaan ramah masyarakat desa membuat kami terhenti sejenak sekedar saling bercengkerama saja. Desa Telaga begitu lah nama desa yang kami tuju, jauh dari kota membuat kami garus mebelah hutan lebat dan perkebunan warga. Keindahan pemandangan dan udara sejuk dan sejuta air terjun dan goa-goa yang menganga di dalam hutan desa ini. Memukau dan memikat siapa saja yang memijakkan kaki di sana.

Perjalan hari itu di mulai dari kota Medan, tepatnya beskem II Pandan Adventure di jalan padang II Padang Bulan Medan, rencannanya siang itu kru pandan akan mengikuti kegiatan Perlombaan Lintas Alam air terjun Jodoh yang berada di di dusun Pamah Simelir,Kabupaten  Langkat.

Kru yang ikut dalam kegiatan ini ada sebanyak Empat orang dan di tambah dua orang teman-teman simpatisan Pandan, untuk sampai ke lokasi lomba kami memilih menggunakan terasportasi sepeda motor, hal ini kami pilih untuk dapat lebih cepat sampai ke sana karena lokasinya lumayah jauh dan traspostasi umum juga masih sulit.

Setelah memeprsiapkan peralatan dan logistic, maka kami siap memulai perjalan siang itu, udara kota Medan tampak gerah, langit siang itu pun tampak cerah tanpa di tutupi awan sehingga sinar matahari sangat terasa di atas kepala. Embusan angin menghamapas badan kami, sangat sejuk terasa sebari memacu sepeda motor yang kami naiki.

Memasuki pinang baris, laju kendaraan yang sedari tadi kami pacu kencang harus di berlahan mengikuti barisan sepeda motor yang berada di depan kami, ya macat. Macat menyambut sesaat sebelum masuk ke kawasan Binjai atau batas anatara kota Medan dengan Binjai yang tak jauh dari stasiun Terminal Pinang Baris.

Barisan bus-bus dan angkot-angkot yang menunggu peumpang pas di pinggir jalan membuat kemacetan panjang siang itu, kata teman kami hal ini sudah biasa karna bus-bus ini sudah sedari dulu mangkal di sana tuturnya, tapi sampai sekarang tidak ada tindakan tegas dari pemerintaha untuk menatanya dengan baik, agar tidak terjadi kemacetan panjangblagi.

Lubang yang menganga lebar pas di tengah jalan beraspal juga salah satu penyumbang kemacetan di sana, sehingga laju kendaraan yangt lewat harus pelan untuk menghindari benturan keras terhadap kendaraan. Beberapa polisi yang mengatur lalu lintas juga tampak kewalaan mengatur laju kendaaraan karna pengemudi yang membandel dan tak mau mendengar dan melihat aba-aba dari petugas tersebut.
Setelah sekitar setengah jam bermacat-macat ria, akhirnya kami bisa melaju dengan kencang lagi sepeda motor yang kami naiki, lalu lintas kendaaran menuju kota Binjai siang itu tampak ramai, hal ini karna hari itu jam kerja kantor hanya setengah hari sehingga masyarajat Binjai yang bekerja dapat dengan cepat kembali ke rumah masing-masing.

Setelah sampai di kota Binjai tepatnya di depan salah satu mall kebanggan warga kota Binjai, maka salah seorang kru Pandan mengajak kami untuk melalui jalan alternative agar bisa dengan cepat menuju simpang ke lokasi yang ingin kami tuju hari itu. Kami pun tak mau menunggu lama, berlahan kami ikuti laju sepeda motor yang ada di depan kami, mengikuti irama kecepatan sepeda motor yang di pacu.

Jalan yang di lalui lumayan membingungkan keluar masuk gang, kru pandan yang satau ini tampaknya sudah hapal dari setiap jalan yang dia lalui tanpa menunggu lama akhirnya kami sampai di simpang menuju lokasi yang kami tuju. Setelah menunggu beberapa menit teman yang akan ikut bersama kami, akhirnya datang dan langsung melanjutka perjalanan.

Dari sana sepeda motor kami pacu kembali, jalan yang di lalui pun ada yang beraspal dan ada yang berbatu. Salah seorang teman yang ikut dalam rombongan kami yang merupakan atlit panjat tebing kota Binjai yang ikut dengan kami sepertinya tahu lokasi yang akan kami tuju hari itu.

Tanganya tampak menunjuk setip persimpangan yang kami lalui sebari memandu kami. setelah sekitar satu setengah jam memacu sepeda motor akirnya kami sampai di persimapangan ke salah satu objek wisata Palaruga, parkiran sepeda motor tampak padat di depan posko palaruga yang kamai lewati.

Selain palaruga di sepanjang perjalan menuju desa Telaga itu juga banyak objek-objek wisata lainya, tampak dari barisan spanduk di kanan dan kiri jalan, dengan nama- nama iar terjun yang berbeda pula.
Gairah kunjungan wisata ke sana sangat-sangat ramai tampak dari banyaknya sepeda motor dan mobil-mobil pribadi yang lalu lalang dari air terjung tersebut.

 Udara dingin mulai terasa, langit sore itu juga mulai tertutup awan gelap, petir dan kilat tampak kompak menyambuk langit gelap sore itu, tak lama setelah itu air hujan mulai membasahai kami.

Tetesan air hujan mulai menguyur kami, membasahi seluruh badan, hentakan jatuhnya seakan berirama fals menghantam jalanan beraspal sehingga tak lama genangan iar langsung terbentuk di sepanjang jalan menunuju desa Telaga itu, tiba-tiba laju sepeda motor yang Shepta kendarai mulai pelan dan berbelok masuk ke dalam bengkel sepeda motor yang berada sebelah kanan jalan, tanpa ada aba-aba kami langsung mengikutinya dengan kompak, “kenapa sep, gak kita lanjutkan aja dek” tutur imanuel selaku kordinator Pandan yang seluruh pakainya tampak basah, berharap agar cepat sampai ke lokasi yang di tuju.

Tak berselang lama setelah berteduh, hujan yang deras tadi tiba-tiba berhenti, tapi langit sore itu masih tampak berkabut, sepeda motor berlahan kami pacu lagi membelah dinginya udara menuju desa Telaga. Tak terasa, setelah melewati beberapa desa akhirnya kami sampai di desa Telaga, rupanya dari sana butuh waktu sekitar sepuluh sampai lima belas menit ke lokasi yang kami tuju.

Jalan yang beraspal dan menungkik menanjak membuat sepeda motor yang kami kendarai terasa berat, berlahan tapi pasti memanjat tanjakan itu, dari sana udara semakin dingin karna berada di atas bukit dan pepohonan yang masih banyak.

Dari kejauhan, di sudut jalan beraspal itu tampak warung kopi yang berada di sebelah kanan jalan, dari kejauhan tampak kerumunan orang membentuk bulatan setengah lingkaran di depan meja pas di depan kedai kopi itu, melihat kerumunan itu kami semakin penasaran, setelah mendekati warung kopi mata kami lansung tertuju ke meja yang sebelumya tampak di kerumuni, dari sana tampak lelaki berperawakan kurus,putih dan memakai baju kaos melambaikan tangan sambil berteriak memanggil kearah kami.
Menikmati Udara Dingin Desa Telaga
Rupanya bang Riswan, bang Riswan adalah salah satu panitia Lomba Lintas Alam yang akan kami ikuti itu, rupanya sedari tadi dia duduk di sana mengarahkan seluruh peserta yang baru datang agar registerasi ulang ke meja yang di kerumuni tadi, rupanya meja itu tempak peserta melakukan registerasi ulang.

Om dut sebutan nama lapangan ketua panitia yang sibuk melakukan pengecekan ulang peserta, setelah kami melakukan registrasi, om dut menjelaskan kembali aturan main LLA serta sistem penilaian lomba, setelah semua kru pandan mendapat arahan dan penjelasan dari om dut, kami di pandu bang Riswan ke area kem untuk mendirikan tanda.

Hujan mulai datang lagi, mengguyur seluruh tenda peserta LLA, pakaian kami yang basah membuat udara sore itu semakin dingin terasa ke tulang sum-sum. Embusan angin yang kencang membuat ngilu pergelangan dan sendi-sendi kami.

Berteduh di warung yang berada di sebelah kanan jalan menuju arial cem menjadi pilihan terakhir pengusir dingin, karna belum biasa mendirikan tenda karna hujan masih awet mengguyur desa telaga sampai malam.

Setelah menunggu air hujan reda sampai jam delapan malam, akhirnya hujan malam itupun mulai reda, maka kami pun langsung mencari lokasi yang pas untuk mendirikan tanda untuk beristirat malam itu.
Kami langsung membagi tugas malam itu, sebagian kru mendirikan tenda dan sebagian lagi mengikuti pengarahan untuk acara LLA besok pagi, malam semakin larut peserta yang ikut acara LLA berkumpul di salah satu pendopo yang berada pas di depan tenda yang kami dirikan. Semua persiapan telah di jelaskan bagi para peserta dan malam itu pun di tutup dengan acara berdoa bersama.

Malam itu kami di temani dengan suara riakan air mancur yang berada pas di samping tenda kami, suara serangga dan kodok bersuara salaing bersaut-sautan dari sekeliling tenda kami, menambah suasana malam itu terasa damai dan tenang.

Malam semakin larut kami pun terhanyut dalam mimpi kami masing-masing, badan yang lelah setelah melalui perjalan yang lumayan melelahkan dari Medan, malam itu kami lewati dengan udara yang dingin dan hujan yang sedari siang juga masih berlenjut samapai larut malam.

Tak terasa malam berganti pagi, udara sejuk menambah segarnya pagi itu, suara nyanyian burung-burung dengan ramah menyampa kami saat mentari pagi itu enggan menampakkan diri karna di tutupi kabut pagi putih dan bening.
Suasana di Pinggir Danu Yang Ada di  Desa Telaga
Menyiapkan sarapan pagi adalah aktifitas yang di kerjkan selanjutnya sebelum acara di mulai pagi itu, menu handalan pagi itu adalah mie instan dan ikan asin goreng, aromanya menggugah selera dan menambah nafsu makan pagi itu. Harapan acara hari itu bisa berjalan dengan sesuai dengan rencana.

About pandan adventure

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.