Ketinggian
gunung ini sendiri adalah 3159 MDPL yang merupakan puncak atau gunung tertinggi
di Provinsi Sumatera Selatan dan tertinggi
ke 3 di pulau Sumatera setelah gunung Kerinci ( 3805 Mdpl) di perbatasan
Sumatera Barat dan Provinsi Jambi dan Gunung Lauser ( 3445 Mdpl) di Provinsi
Nanggroe Aceh Darusalam ( NAD)Gunung
Dempo terletak di antara perbatasan Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi
Bengkulu, tepatnya di kota Pagar Alam, dimana kota Pagar Alam sendiri masih berada
di wilayah Sumatera Selatan dengan jarak tempuh kira kira 7-8 jam dari kota
palembang, dan di kelilingi oleh pegunungan Bukit Barisan (BB).
Saat
itu tanggal 7 Pebruari 2015, bersama dengan sembilaan kawan teman lain kru
Pandan Adventure berangkat untuk menjajal keindahan gunung yang satu ini,
awalnya kami berencana menjajal puncak Gunung Kerinci namun karna keadaan
Gunung Kerinci yang waktu itu sedang dalam kondisi waspada yang berimbas pada
penutupan pendakian, sehingga pendakian terpaksa kami batalkan.
Untuk
mengobati perasaan kecewa yang sangat mendalam, maka kru Pandan memutuskan
pendakaian ke Gunung Dempo, dan persiapan untuk ke Dempo kali ini benar benar
tanpa persiapan yang matang, hanya 1 malam persiapan, dan besoknya langsung
berangkat.
Awalnya
kru Pandan yang bernama Junaidi yang waktu itu sedang nongkrong di salah satu
kantin di Universitas Sriwijaya tempatnya menimba ilmu., dan tiba-tiba seorang
teman nyosor ke meja tempat Juna sebari bertanya mengenai keberangkatan ke Gunung
Kerinci, setelah mendengar penjelasan Juna dan alasan kenapa pendakian itu di
batalkan, tiba-tiba dengan wajah yang bersemangat dia memaksa Juna untuk
menjajal keindahan Gunung Dempo.
Pada awalnya si kru pandan yang satu ini
kurang begitu bersemangat mendengar ceritanya, namun setelah mendengar
keinginanya yang sangat besar dan keadaan Juna yang sedang bisa di bilang
kacau, maka Juna mengiakanya.
Malamnya
langsung persiapan dan setelah Juna menghubungi dua teman perempuan yang ingin
ikut juga, maka kami sepakat untuk berangkat bersembilan dengan dua diantara kami
adalah serikandi, kawan-kawan bisa bayangin betapa repotnya jika pendakian di
lakukan dengan perempuan, namun itu tak jadi masalah karna tujuh orang cowok
dengan dua cewek itu setidaknya dapat mengimbangi untuk membawa perlengkapan
menuju puncak.
Tujuh
Pebruari, setelah belanja logistik dan pelatihan bongkar pasang tenda dan
semacamnya selesai di berikan buat temen-teman ( maklum baru pendakian perdana,
khususnya sang srikandi). maka jam 17.00 wib, sore hari kami bergegas mencari
transportasi menuju kota Pagar Alam,
kami menunggu seperti biasanya para pendaki yang berasal dari Indralaya (
tempat kami berdomisili) tempat menunggu bus. atau travel itu adalah di depan
kampus Universitas Sriwijaya ( UNSRI).
Setelah
2 jam menunggu sampai pukul 19.00 wib kami akhirnya mendapatkan transportari menuju
lokasi, setelah nego masalah ongkos akhirnya deal dengan harga yang kami tawarkan.
Sepanjang
perjalanan cuaca mulai tidak bersahabat, hujan mulai datang yang menambah
kecemasan kami, gimana jadinya jika pendakian kami ini di temani dengan hujan,
pasti akan sangat berat, dan kebetulan juga pendakian kami ini tepat di musim
hujan.
Sesaat Sebelum Berangkat ke Gunung Dempo Sumatera Selatan |
Setelah
8 jam perjalanan kami mulai sampai di kota Pagar Alam, dan yang menjadi
permasalahan sekarang adalah lokasi buat nginap di malam itu, soalnya travelnya
tidak bersedia mengantar kami ke pabrik kebun teh ( kediamanya ayah Anton), ohh
ia, Ayah anton ini ibaratnya sama kaya Mbah marijan di gunung merapi di Jogja,
Ayah Anton juga merupakan juru kuncinya Gunung
Dempo, sekian lama kesepakatan tidak di dapat dan sang supir tetap kekeh tidak bersedia mengantarkan kami, sehingga
akhirnya ada salah satu penumpang travel
tersebut yang menawarkan kepada kami untuk menginap di kediamanya, tanpa
pertimbangan kami pun langsung mengiakanya.
Tepat
pukul 02.00 dini hari kami sampai di kediamnya si Bapak, dan tempat tidur
langsung di sediakan oleh sang istri si Bapak, ke esokan harinya kami sudah di
jamu sarapan pagi oleh si istri Bapak yang baik hati itu.
Aroma
kopi hitam dan di tambah gurihnya buah sukun yang di goreng oleh si ibuk, mulai
menemani pagi hari kami, sambil menikmati hidangan yang di sediakan oleh si
ibuk, juga kami barengi dengan cerita yang
tak tau topiknya entah apa.
Tepat
pukul 07.00 pagi kami pamit kepada si ibuk dan suaminya, dan alangkah
beruntungnya kami. bukan cuman jamuan sarapan, tempat nginap yang kami dapat,
si Bapak juga menawarkan untuk mencarikan kami ojek menuju kediaman Ayah Anton.
setelah pamit kami langsung bergegas berangkat, kurang lebih 30 menit perjalanan
kami sampai di kediaman Ayah Anton. dan kami langsung menemui beliau dan
bercerita sambil tertawa, mendengar penjelasan beliau bahwa kami ternyata telat
sampai di PTPN bahwa baru saja truck yang mengantar pekerja kebun berangkat ke
kebun teh.
Akhirnya
kami menunggu hingga pukul 11.00 Wib, dan ada salah satu yang juga merupakan
anak angkat ayah anton menawarkan kami untuk menumpang bersama beliau, 2 jam
lebih kami di perjalanan menuju titik pendakian di kampung IV, akhirnya kami
sampai juga.
Tim Pandan Adventure Sesaat Sebelum Pendakian |
Setelah
istirahat sejenak kami langsung menuju pintu rimba dan kembali beristirahat.
dan pas di pintu rimba kami bertemu dengan rekan rekan pendaki dari mapala
Palkomtech dari palembang, dan setelah berkenalan kami mulai akrab dan bercanda
bersama. pendakian kami lanjutkan bersama dengan mereka setelah
mendokumentasikan momen-momen kebersamaan itu.
Proses doa mengawali pendakian kami, setelah
Do'a selesai kami melanjutkan pendakian, baru kira kira 20 menit berjalan Srikandi
di tim kami mengeluh kecapean, otomatis langsung istirahat, begitu seterusnya
setiap 15 menit sekali sang Srikandi menuntut untuk istirahat, hingga akhirnya
beban yang di pikul oleh sang srikandi kami bagi.
Menimati Perjalanan Menuju Pintu Rimba |
Pendakian
kami lanjutkan kembali dengan bercanda dan tertawa, tak terasa kami sudah
mencapai Shalter 1 waktu itu jam menunjukkan pukul 14.00 siang, dengan segala pertimbangan dan meriview ulang
waktu yang kami butuhkan untuk sampai di shalter 1, saya memutuskan untuk
beristirahat dan bermalam di sini, tenda mulai kami pasang.
Penyajian
logistik selesai kami mulai mengisi energi dan beristirahat, malam itu kami
lewati dengan bercerita satu sama lain sambil menikmati hangatnya kopi di gelas
kami, yang pastinya di temani udara dingin khas pegunungan.
Malam
pertama berhasil kami lewati setelah selesai packing dan sarapan kami langsung menuju sumber air yang berada tak
jauh dari tempat tenda kami berdiri, dan setelah itu kami lanjutkan dengan
prosesi Do'a dan selanjutnya kami lanjutkan kembali pendakian.
Trek Pendakian yang Lumayan Menantang Mulai Menguras Tenaga |
Hari
kedua juga tak jauh berbeda dengan hari pertama sang Srikandi masih terus
mengeluh kecapean, dan dengan sabar kami mulai memberi semangat dan hiburan,
tak jarang kami selipkan dengan prosesi foto foto supaya sang srikandi tak
merasakan capek dan perjalanan terus berlanjut, dan di barengi juga dengan
hiburan nyanyian, yang dengan merdu menyanyikan lagu'' The rain “Terlatih Patah Hati'' aku tak tau ini pengalaman si kawan
atau gimana, sehingga tak henti hentinya menyanyikan lagu itu.
Tak
terasa pukul 10.00 pagi kami sudah sampai di dinding Lemari, yang merupakan track paling terjal di jalur pendakian
kampung IV, dan pukul 12.00 siang kami sampai di shalter 2, istirahat dan proses foto foto kami barengi di waktu
istirahat kami.
Kira-kira
20 menit lebih kami lanjutkan kembali pendakian dan kurang lebih 1 jam pendakian
kami sampai di tempat yang diantara para pendaki di kenal dengan istilah Cadas,
kami memutuskan istirahat dan take
foto kembali.
Kembali
20 menit kami lewati dan kami lanjutkan kembali pendakian, hingga akhirnya
pukul 15.00 wib kami sampai di Top gunung dempo,, kembali kami lewati dengan
kegiatan take photo,
Istirahat
dan selanjutnua kami menuju tempat camp terakhir yaitu di Pelataran, yang
merupakan hamparan tanah datar yang diapit oleh 2 puncak yaitu puncak dempo dan
puncak merapi. Arealnya juga sangat luas kira-kira muat menampung 10 desa untuk
ngecam disana, itu sangking luasnya.
Hamparan
Hutan yang Diselimuti Kabut |
Tak
terasa setelah menyusuri jalanan yang menurun kami sampai juga di plataran, dan
kami langsung mendirikan tenda dan memasak air untuk menghangatkan badan.
Tenda
selesai di dirikan, maka proses pembongkaran logistik di mulai dan selanjutnya
logistik yang tersedia kami masak untuk mengisi energi.
Hari
itu setelah selesai makan kami memutuskan untuk istirahat, hingga besok
pagi, jam 18.00 sore kami memutuskan
untuk bersih-bersih badan dan sekalian untuk mengambil air minum, yang tak jauh
dari tenda kami berdiri. proses bersih bersih badan hanya sebatas cuci muka dan
membasahi rambut saja karna udara yang sangat dingin juga di sini sangat di
larang untuk memakai sabun atau detergent untuk menjaga agar kondisi airnya
tidak tercemar.
Setelah
itu kami kembali ke tenda dan kami langsung menyiapkan menu untuk makan malam.
Selanjutnya kami isi waktu dengan membuat api unggun. tak terasa sudah jam 8
malam, dan kami memutuskan untuk istirahat.
Sayup-sayup
terdengar teriakan orang memanggil, kami langsung keluar tenda dan benar saja,
itu merupakan rombongan teman yang sebelumnya juga berencana melakukan
pendakian, dan tepat malam di shalter 1
aku menghubungi mereka dan nitip untuk di bawa logistik, karna rencana kami
hanya menginap 1 malam, karna berkat srikandi kami yang jalanya sangat hati
hati ( mungkin mengutamakan keselamatan kali ya..) heheh . hehhe..
Kami Harus Menginap 2 Malam.
Setelah
mereka sampai langsung kami jamu dengan kopi hangat yang sudah kami sediakan,
dan malam itu kami lalui bersama sambil bercanda. di temani indahnya bintang
yang bersinar di langit dempo malam itu.
Api
unggun yang kami buat memberikan kehangatan hingga pukul 01.00 dini hari, yang
selanjutnya kami langsung istirahat karna sudah tak tahan dengan udara dingin
yang menyengat menembus kulit dan rasanya sedang meraba raba tulang kami.
Pukul
05:30 wib, kami semuanya bergegas bangun, memasak air panas, buat kopi dan
menyajikan sarapan untuk sebagai energi mencapai puncak merapi. Kira-kira jam
06:00 pagi kami mulai mendaki menuju puncak merapi, dan setengah jam kami
akhirnya sampai, namun cuaca di pagi hari itu tidak bersahabat, hampir semuanya
diselimuti kabut, tak jarang teriakan suara adzan terdengar, ini tujuanya untuk
supaya kabut bisa hilang.
Pandan Adventure di Puncak Tertinggi Gunung Dempo |
Memang
jika pendakian dilakukan di musim hujan tak jarang pendaki di buat kecewa karna
semuanya di selimuti oleh kabut, sehingga jarak pandang hanya sejauh 100 meter
saja. Setelah 2 jam menunggu, kabut tersebut tak kunjung hilang, akhirnya kami
memutuskan untuk turun kembali ke tenda.
Sesampainya
di tenda kami kembali memasak setelah
selesai memasak dan makan kami mulai siap siap
packing untuk turun.
Top Puncak Gunung Dempo |
Selesai
packing kami lebih dahulu mengisi semua
wadah air minum yang tersedia, dan di lanjut prosesi Do'a dan perjalanan turun
pun di mulai yaitu tepat pukul 10.00 wib. Pertama kita harus melesati jalanan
menanjak dahulu untuk mencapai top dempo, dan setelah itu semua medan yang di
lalui menurun.
Tek
berbeda dengan saat muncak, pada waktu turun kembali ke kaki gunung ini juga
tak kalah susahnya, harus berkonsentrasi dan serba hati hati.
Namun
saat akan turun waktu tempuh yang di butuhkan relatif lebih cepat, serikandi
yang sebelumnya selalu mengeluh waktu menuju puncak, kini malah gesit berjalan
di depan dan hanya sesekali meminta untuk istirahat..
tak
terasa setelah kurang lebih 6 jam berjalan kami sampai di pintu rimba yang
merupakan titik awal pendakian, dan jam 17.00 kami sudah berada di kampung IV ,
istirahat sambil menikmati segar dan harumnya teh asli yang di sajikan, dan
nasi oreng yang siap menyediakan energi kami kembali.
Sembari
menunggu truck yang bersedia menjemput kami, aktifitas kami lewati dengan
bercerita semua pengalaman yang telah kami lewati, yang di berikan oleh Gunung
Dempo, pengalaman yang tak kan mungkin bisa di lupakan, dan akgirnya setelah
menunggu hingga pukul 21.00 wib truck yang menjemput rombongan kami akhirnya
sampai, dan menghantarkan kami menuju kota Pagar Alam, dan kami langsung menuju
bus yang akan segera berangkat ke kota palembang.
Perjalan
ini akan menjadi sejarah bagi Pandan Adventure, dimana di puncak tertinggi
Gunung Dempo, Pandan Adventure sudah pernah memijakkan kaki dan berkibar di
atas sana. Semua letih, lesu, capek, dingin, hujan, panas dan rintangan dan
kendala yang kami hadapi terbayar sudah.
Suatu
saat nanti kami percaya semua kru Pandan Adventure dapat secara bersama-sama
menikmati indahnya pemandangan dan lukisan Tuhan yang luar biasa dari Puncak
tertinggi Dempo.
Salam
Pandan Adventure….!!!!
Junaidi
Efrata Tarigan
Palembang
8 Pebruari 2016.
dari rumah ayah anton ke kampung IV masih 2 jam perjalanan dengan mobil om ? wow jauh juga ya
ReplyDeletegunung senpi i like it
ReplyDeletegunung senpi i like it
ReplyDeletegunung dempo i like it
ReplyDelete