budaya

BELAJAR BUDAYA DI DESA LINGGA

Rumah Adat Siwaluh Jabu di Desa Budaya Karo Lingga 
Desa budaya begitu julukan yang melekat kepada desa ini, letaknya tak jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Karo, Ada peninggalan budaya yang sudah mulai langka dan tidak ternilai harganya berdiri di sana, di tinggalkan dan diwariskan leluhur untuk anak cucunya agar tetap dilestarian dan tetap di jaga.Ya desa Budaya Lingga itu lah nama nya, ada Musiuam dengan ratusan koleksi benda bersejarah, ada rumah adat yang berdiri kokoh tanpa di sentuk dengan peralatan yang modern, tak ada satu buah paku pun yang tertancap di kayunya dan banyak lagi peninggalan budaya lainya. Di salah satu sudut desa yang sejuk ini terdapat uruk lingga, tempat dimana raja-raja Lingga di Semayamkan, dari sana juga kita bisa menikmati indahnya lukisan alam ciptaan Tuhan, alangkah kayanya desa Buaya ini.

Dari kejauhan masih tampak Gunung Sinabung sibuk erupsi, awan panas yang keluar dari mulut gunung ini tampak tidak mau berhenti, menyembur kelangit biru Tanah Karo sesekali terdengar jelas sura dentuman keras dari arah gunung ini. masyarakat di sekitaran Simapang Empat Surbakti seakan tidak ketakutan lagi walaupun erupsi besar keluar dari gunung, katanya hal seperti ini sudah biasaya dan menjadi tontonan masyarakat desa tiap harinya.

Ia siang itu kami memang berada di sekitaran Gunung Sinabung tujuan perjalanan siang itu ke Desa Budaya Karo Lingga, kami yang masih baru melihat erupsi ini merasa kawatir dan takut, kamera Hp yang kami bawa tak henti-hentinya mendokumentasikan detik demi detik erupsi siang itu. Dari simpang desa Budaya Lingga tampak dengan  jelas jalur semburan awan panas tersebut, membuat di badan gunung terlihat putih dan gersang.
 Gunung Sinabung Setelah Selesai Erupsi  
Tak henti-henti kami melihat dan mengamati erupsi yang keluar dari Sinabung sambil memacu sepeda motor yang kami naiki, para pengendara mobil dan sepeda motor juga tampak melambatkan laju kendaraaanya bahkan ada juga yang memarkirkan kendaraanya untuk mengamati erupsi sianabaung siang itu.

Dari informasi yang kami dapat bahwa belakangan ini Sinabung memang hampir setiap hari Erupsi, biasanya saat pagi dimanata mentari mulai tampak di ufuk timur tutur warga yang sedang sibuk mengamati erupsi. Tapi sukur lah karna setiap erupsi tidak ada korban jiwa tambahnya lagi.

Setelah itu kami pacu lacu kendaraan kami tak berselang lama dari simpang Desa Budaya Lingga mata kami tertuju kesalah satu bangunan yang berada di samping kanan jalan menuju desa Lingga, bentuk bangunan tersebut seperti rumah adat Karo, di samping kiri dan kanan bangunan ini terdapat ukiran yang membuat mata kami langsung tertuju, atapnya yang unik menjadi daya tarik siapa saya yang melewat di depan bangunan ini.

Feldin Mchael yang mengendarai sepeda motor paling depan mengarahkan sepeda motornya masuk ke komplek bangunan tersebut, sontak kami yang belakang juga mengikutinya, di samping gerbang ada plang bertuliskan “YAYASAN MUSIUM KARO LINGGA, WELCOME TO MUSIUM KARO LINGGA” melihat tulisan di plang tersebut kami menjadi penasaran untuk cepat masuk kedalam museum ini, melihat dan mepelajari sejenak koleksi yang ada di dalam.
 Musium Karo Lingga
Tak berselang berapa lama dari dalam museum keluar wanita separuh baya mengenakan abit (Bahasa Karo/ atau di sebut juga sarung)  menyambut kami dengan ramah, “ masuk nakku, masuk” ucap ibu tersebut mempersilahkan kami masuk kedalam museum. Tak mau menunggu lama setelah di persilahkan masuk kami pun langsung ke dalam musium berlahan kami amati satu persatu koleksi yang ada di dalam museum ini.
Suasana di Dalam Musium Karo Lingga
Mata saya tertuju ke salah satu benda koleksi yang berada di sebelah kanan pintu, benda koleksi tersebut berbentuk topeng dan ada berbentuk seperti ayam, saya menjadi penasaran buat apa topeng tersebut, di depan topeng tersebut ada tulisan Gurda-Gurdi (Gundala-Gundala). Rupanya topeng tersebut biasayan di gunakan pada acara-acara adat tertentu, kata ibu penjaga museum biasanya di gunakan juga untuk ritual memanggil hujan saat kemarau tiba.
Didalam Musium Karo Lingga
Dari penjelasan ibu tersebut Museum Karo Lingga didirikan pada tahun 1977 atas prakarsa G.H. Mantik, Pangkowilhan Kodam II Bukit Barisan pada waktu itu. Museum ini resmi dibuka pada 6 Juni 1989 dan dikelola oleh Yayasan Museum Karo Lingga, mulai dari situ wisatawan berdatangan baik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Koleksi museum ini berjumlah 206 buah, terdiri atas kain tenun, topeng, mata uang, peralatan dapur, peralatan pertanian, peralatan musik, peralatan berburu, peralatan upacara adat, dan peralatan pengobatan. Dan lain sebagainya.
Diskusi di Musium Karo Lingga
Setelah puas bercerita dan mendapatkan informasi tentang benda-benda yang ada di museum ini kami melanjutkan perjalanan ke rumah Siwaluh Jabu, setelah sampai di sana karena ada wisatawan yang lumayan ramai maka kami putuskan untuk berfoto saja di depan rumah adat dan melanjutkan perjalan ke uruk lingga.

Rumah adat yang masih asli dan yang tersisa di Desa Budaya Lingga ini tingga dua rumah lagi itu pun kondisnya sangat-sangat memperhatinkan, selain rumah adat ada juga bangunan lainya berupa Griten dan Kantur-kantur.
Kru Pandan Adventure di Depan Rumah Siwaluh Jabu
Ada yang menarik lagi di desa Budaya lingga ini, ada salah satu obejek wisata yang bagus disana, namanya Uruk Lingga, dari sana kita bisa menikmati indahnya Kota Kabanjahe dan pemandangan yang luar biasa, dari sana kita juga dapat dengan jalas mengamati Gunung Sinabung.

Dari atas Uruk Lingga ini, layaknya seperti gardu pandang, karna sejauh mata melihat kita bisa mengamati pedesaaan dan perkebunan warga. Tak henti-hentinya kru pandan mendokumentasikan keindahan alam yang terbentang dari atas uruk liggga ini, dari uruk lingga ini juga terlihat Bukit Sipiso-piso/bukit Botak dan Deleng Sibuaten tampak malu-malu berselimutkan awan putih di puncaknya.
Kru Pandan Adventure di Uruk Lingga
Di puncak Uruk Lingga ini terdapat makam raja-raja Lingga, pilar makam tampak berdiri kokoh berwarna putih kekar mencakar langit, di samaping makam yang berbetuk pilar ini juga terdapat makam-makam lainya. Walaupun di uruk ini terdapat makan Raja-raja Lingga tapi kesan mistis tidak akan kita jumpai karna makam ini di buat sedemikian rupa sehingga siapa saya yang berkunjung merasa nyaman.

Di setiap makam yang ada terdapat nisan makam yang bertuliskan nama, tanggal lahir, tanggal wafat dan lainya. Biasanya di saat hari libur tiba banyak muda-mudi berkunjung ke uruk ini menikmati indahnya lukisan Tuhan dari atas uruk ini.
Makam Raja Lingga 
Sekitar tiga puluh menit menikmati dan mendokumentasikan dari setiap sudut keindahan di puncak uruk lingga ini, kami pun melanjutkan perjalanan selanjutnya. Banyak pengalaman baru yang kami pelajari dan kami dapat dari desa Budaya Lingga ini. Semoga saja sisa budaya yang tertingga di desa Lingga ini dapat di pertahankan dan tentunya dapat dijaga ddengan baik.


Salam Pandan Adventure…!!! 

About pandan adventure

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.