Ribuan Peserta ikut serta dalam Kegiatan Jambore KPA yang Ke III yang diadakan di Lapangan Pramuka Sibolangit |
Kilat
tampak menjilat-jilat di ujung langit yang menggelap sore itu, bersamaan dengan
itu angin dingin mulai berhembus dengan acuh menerpa siapa saja yang
menghalangi hembusanya, tak berselang lama tetesan air hujan mulai menerjang
gubuk sederhana tempat kami berteduh, di sana, dibawah gubuk sederhana itu,
puluhan para penggiat dan pencinta alam tampak membentuk lingkaran bulat tak
beraturan, di sudut keramaian tampak, sesekali lelaki yang sibuk mengatur dan
mengarahkan para pengunjung yang kian malam kian ramai membanjir di sekitar
gubuk, sebari sesekali menyahut suara panggilan dari alat komunikasi handy talky yang di
genggamnya.
“Buat
kawan-kawan yang baru datang silahkan registerasi” teriak salah satu wanita
berbalut kerudung yang duduk tak jauh dari bulatan tadi, suara
kerasnya seketika mengheningkan malam di bawah gubuk itu, yang terdengar hanya
rintikan air hujan yang kian deras menghantam atap, serta suara auangan sepeda motor yang berjalan
kearah gubuk tempat kami berkumpul dan berteduh, dan seketika sorotan mata
mengaarah kepadanya, sebagai tanda paham akan teriakanya.
Bang Mancung yang Menyapa Seluruh Peserta dalam Jambore KPA ke III |
Tanpa
berpikir lama, didepanya sudah mulai tambak mengantri beberapa orang yang baru
saja datang, berbaris tak beraturan, “ untuk yang regiterasi Jambore KPA ke III
di lokasi, biayanya dua puluh lima ribu ya” tutur wanita tadi , himbaunya
tampak ampuh lagi, memberi kode kepara peserta yang berdiri di depanya, karna
seketika kerumunan tadi mulai merogoh rupiahanya untuk ikut dalam hajatan
setahun sekali itu.
Setelah
melakukan registerasi, selanjunya panitia mengarahkan peserta ke lokasi
pendirian tenda. Malam kian larut dan rintik hujan mulai terhenti, parkiran
sepeda motor yang tandinya lenggang mulai padat terisi, makin malam peserta
semakin ramai, hujan ternyata tidak menyurutkan kegiatan besar yang di
tunggu-tunggu dan dirindukan itu.
Panggung yang ditata Unik dan Selaras dengan Suasana Alam |
Tak
jauh di area cemp yang di sediakan panitia, tampak berdiri kokoh dan unik
pentas sederhana yang di tata kian apik dan selaras dengan suasana malam itu,
api unggun, layar lebar dan lainya sudah dipersiapakan dengan sigap oleh
panitia kegiatan.
Didepan
pentas utama, tampak genangan-genangan iar memenuhi cekungan-cekungan kecil di
antara rumput basah yang menutupi seluruh lapangan, langit malam itu sudah
mulai terbuka terarang setelah sebelumnya di tutupi embun hitam yang pekat, udara dingin yang kian terasa menusuk ke
tulang sumsum terasa bersamaan dengan hembusan angin malam, tapi tidak
menyurutkan para peserta untuk berkumpul di depan pentas.
Puluhan Bendera dari Berbagai Komunitas yang Berkibar di Kegiatan Jambore |
Lagu
Indonesia raya, yang dinyanyikan seluruh peserta sebagai tanda pembukaan acara
Jambore III terdengar menggelora membelah keheningan malam yang dingin, lantang
dan tegas terdengar lagu itu, kata sambutan dari Panitia dan pihak lainya
selalu di akhiri dengan tepuk tangan keras dari seluruh peserta.
Malam
itu, dalam kegiatan sederhana Jambore III, ada Ilmu dan pengetahuan baru yang
di dapat dari bang Yudha dan bang Sandro yang berbagi kisah dan pengalam serta
pengetahuanya kepada seluruh peserta jambore dalam Sharing Sesion. Antusias peserta dalam sesion ini sangat tampak
besar, terlihat dari banyaknya peserta yang bertanya dalam sharing malam itu.
Lidah-lidah
api menjulur tinggi dari api unggun, memecah gelapnya malam dan menghangatkan
dingin, bersamaan dengan itu, dari belakang panggung, tampak roket-roket
kembang api meluncur kelangit saling kejar-mengejar memecah cahaya beraneka.
Alunan
lagu reggae yang dibawakan Bemby dan Friend semakin mengatkan malam itu, semua
peserta tampak bernanyi dan bergoyang bersama, malam semakin larut dan alunan
nada-nada uye…!!! Memecah malam dan membawa kebersamaan sampai pagi.
Malam
berganti pagi, langit tampak cerah dan mentari tak malu menyinar, secangkir
kopi teman yang pas bermalas-malasan menemani berjemur di depan tenda, are cemp
yang tadi malam masih longgar, tampak pagi itu sudah mulai padat, ratusan
tenda-tenda peserta dari berbagai komunitas tampak berdiri kokoh berdiri tak
beraturan di lapangan rumput hijau tempat kami.
Sapaan-sapaan
‘ Lestari ‘ terdengar dari peserta, saat melintas di depan tenda peserta
lainya, pagi itu acara masih berlanjut sampai siang, di akhir cerita dalam
perhalatan Jambore Komunitas Pecinta Alam yang ke III ini rasa kebersaaan dan
kekompakan komunitas di Sumatera Utara masih besar, semoga dalam kegiatan
kedepanya semakin besar dan semakin banyak ilmu yang di bagi.
Salam Lestari.
0 comments:
Post a Comment