budaya

BERPELESIR KE MUSEUM UANG SUMATERA


Uang Revolusi 45 yang Salah Satu Koleksi Museum Uang Sumatera 
"Dari uang, kita bisa belajar sejarah suatu peradaban dan perjuangan suatu bangsa" begitulah penggalan kata yang terucap dari seorang pemandu objek wisata Museum Uang yang pertama di Sumatera ini, Museum ini diresmikan Tahun lalu, tepatnya pada bulan Mei 2017.

Ramah dan hangat sambutanya, langsung terasa saat memasuki lokasi wisata yang satu ini, posisi museum sangat strategis, karna tak jauh dari lokasi wisata Istana Maimun, jaraknya sekitar tiga Kilometer dari sana, dan dari Lapangan Merdeka Medan, sekitar empat kilometer. tepatnya berada di Jl. Pemuda No.13, A U R, Medan Maimun, Kota Medan.
Tampak Depan Museum Uang Sumatera (MUS)
Museum yang berada di Gedung juang 45 Medan ini, bukan hanya menyajikan mata uang keluaran Bank Indonesia saja, melainkan beragam mata uang yang di gunakan pada masa penjajahan di Sumatera, serta mata uang pada masa kerajaan yang ada di Nusantara, sehingga menambah rasa penasaran untuk menjajal objek wisata baru ini.

Tidak ada pungutan retribusi saat berkunjung ke lokasi ini, tapi bagi pengunjung yang berkenan bisa membeli suvenir uang Kuno kesultanan Palemtang 1659 - 1825, dengan uang peganti suvenir sebesar supuluh ribu rupiah kita langsung mendapat dua keping uang bersejarah tersebut. uang pengganti suvenir tersebutlah di gunakan untuk membiayai perawatan dan pengelolaan musium.
Jejeran Koleksi Museum ditata Apik dan Rapi Sehingga Para Pengunjung dapat Leluasa Didalamnya
Siang itu kami di pandu Rangga Bima menuju ke lantai dua gedung Juang 45, setelah sebelumnya mengisi buku tamu, pemuda yang juga hobi mengoleksi uang-uang lama ini, sangat ramah menyambut dan membawa kami berkeliling menjajal seluruh koleksi museum, “ kita ke koleksi uang kertas dulu ya” ajak Bima, sebari menunjuk ke salah satu ruangan yang berada di lantai dua Gedung Juang 45.

Sesaat memasuki ruangan, terlihat puluhan kaca Fitting museum dan lemari kaca yang di bariskan rapi didalam ruangan gedung bersejrah itu, lampu-lampu dalam kaca Fitting tampak menyala mencolok menerangi seluruh koleksi uang kertas dan logam yang ada di dalamnya, sumua di tata apik dan menarik, agar seluruh pelancong yang datang dapat dengan leluasa mengamati seluruh koleksi yang ada.

“Museum ini di buat sebagai tempat edukasi bagi seluruh masyarakat, karna sebenarnya dari uang ini kita bisa belajar sejarah. Setiap uang memili cerita masing-masing. Kami sebagai pecinta uang lama tidak hanya mengoleksi uang saja, tapi belajar juga mengenai sejarah pembuatan dan momen yang terjadi pada masa uang tersebut berlaku” jelas lelaki yang sangat bersahaja ini, sebari meksperesikan  raut wajah yang serius kepada kami.
Mata Uang yang Pernah Beredar di Wilayah Kabupaten Karo yang Terbuat dari Kertas Tulis Biasa
Walau masih berumur satu tahun, museum ini memilik koleksi yang sangat lengkap, antara lain : mesin pencetak uang, uang yang berlaku di masing-masing daerah yang ada di Sumatera, uang yang digunakan pada masa penjajahan belanda, uang pada masa kerajaan yang ada di Nusantara,  alat tukar yang di gunakan di perkebunan-perkebunan belanda, token yang dipakai sebagai alat transaksi di area perjudian, alat-alat transaksi pada masa penjajahan dan masih banyak lainya.

Di museum ini terdapat beberapa uang yang pada masanya di keluarkan dan berlaku di daerah dimana uang itu di keluarkan, yaitu uang Siantar, Labuhan Batu, Tapanuli, Karo dan masih banyak lainya.

Saat belanda melakukan penjajah ke wilayah Indonesia, uang yang dikeluarkan instasi tarkait, saat itu di hancurkan belanda, hal ini bertujuan agar alat teransaksi yang digunakan yaitu uang belanda, sehingga masayarakat Indonesia saat itu harus tergantung dengan penjajah.
Koin Emas Palembang, Mata Uang Kesultanan Palembang pada Abad Ke -18 
Pada masanya uang digunakan bukan menjadi alat teransaksi saja, melainkan sebagai kode bentuk perjuangan melawan penjajahan, dimana masing-masing daerah diberi untuk mencetak uangnya sendiri, hal ini membuat belanda marah sehingga lokasi yang digunakan untuk mencetak uang di serang belanda.

Di museum uang ini, ada satu  kaca Fitting musium yang mencuri pandangan mata saya, di dalamnya tampak koleksi uang yang sangat berdeda dengan bentuk uang lainya, yaitu uang yang digunakan di Kabupaten Karo, bentuknya hanya secarik kertas tulis biasa dan dipadukan dengan tulisan mesin ketik, serta cap setempel pemerintah setempat yang mengesahkan uang ini berlaku pada masanya.

Dibandingkan dengan uang lainya, uang yang digunakan di Kabupaten karo ini, bentuknya hanya bisa saja, uang Tigabinanga Karo sangat berbeda  dengan uang derah lain yang memiliki motif lukisan yang unik dan kertas yang digunakan sangat khusus.
Mata Uang dari Kerajaan Buton Sulawesi Tenggara, Namanya Kampua Terbuat dari Kain Berbahan Kapas 
Rangga tampaknya jeli memperjemahkan wajah kebingungan dan penasaran  saya, lelaki tersebut langsung mendekati saya, dan berdiri diantara mata uang yang saya amati sedari tadi “ Uang ini digunakan di Kabupaten Karo saat itu, terbuat dari kertas tulis biasa dan di setempel oleh Pemerintah Karo pada saat itu, uang ini sangat langka, dikeluarkan di Tigabinanga, emisi 20 November 1947, nominalnya 1000” jelas Rangga.

Selain mata uang pada masa VOC, zaman penjajahan Jepang dan zaman penjajahan Belanda, di dalam museum juga terdapat uang yang digunakan dari beberapa kerajaan yang berada di Nusantara, seperti Majapahit, kesultanan Palembang, Kerajaan Buton, kerajaan Deli dan masih banyak lainya,  sebagian uang logam ada yang terbuat dari tembaga, perak, kuningan dan ada juga dari emas murni, serta ada yang dari kain sutra, seperti kerajaan Buton.

Didalam museum ini bukan cuma koleksi uang saja yang bisa kita lihat dan pelajari, selain itu ada juga deretan buku-buku langka yang mencatat tentang sejarah dari uang dari masa-kemasa, sehingga menambah wawasan bagi para pengunjung.
Mesin Pencetak Oeang Republik Indonesia Tapanuli (ORITA), Percetakan Philemon Bin Harun Siregar  
Diantara sekat kedua ruangan, tepatnya di koridor depan ruangan, dipajang mesin pencetak oeang/uang republik Indonesia Tapanuli atau di singkat dengan ORITA, dengan berlatar banner yang memuat sejarah dari mesin pencetak uang tersebut.

Rangga mengajak kami kesalah satu koleksi jejeran uang logam yang di keluarkan oleh Bank Indonesia dari Tahun 1945 sampai 2016, dari uang logam keluaran pertama sampai uang logam terbaru. " Dulu waktu kecil, pernah di kasih jajan uang logam yang mana,? dua pulu lima rupiah, lima puluh rupiah atau seratus rupiah " tanyanya sebari melempar senyum kecil kepada kami.
Jejeran Koin logam yang dikelurkan Bank Indonesia dari Tahun 1945 - 2016
"Dari jumlah nominal uang jajan logam itu, kita bisa  tahu sesorang itu sudah tua apa belum" tambah Rangga sehingga mengundang tawa kami.

Saat Melancong ke Kota Medan Pastikan anda mengunjungi lokasi Objek Wisata Museum Uang Sumatera ini ,selain berwisata memanjakan mata., anda juga dapat menambah wawasan tentang sejarah uang di Indonesia, jangan sungkan untuk bertanya kepada Rangga Bima dan pemandu lainya karna meraka akan memberikan informasi yang sangat jelas mengenai koleksi uang-uang yang adi di dalam museum. Selamat Berwisata.

About pandan adventure

4 comments:

Powered by Blogger.